Rabu, 30 Juli 2008

SEGENAP PENGURUS, REDAKTUR & ANGGOTA
GMPP
(Bulletin Pena Merah Putih)
mengucapkan
SELAMAT & SUKSES
kepada
Sahabat
M. Ainul Yakin Simatupang
sebagai
Presiden Mahasiswa Terpilih
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur an Jakarta
masa abdi 2008-2009

Rabu, 09 Juli 2008

Segenap

Pengurus GMPP

mengucapkan

selamat & Sukses

Kepada

sahabat Habiby Ali Ahmad Sebagai

Ketua

Kongres Mahasiswa Institut

(KMI)

dan

Sahabat

Muhammad Yunus

sebagai

Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa

(DPM)

Institut PTIQ Jakarta

masa abdi 2008-2009





Rabu, 18 Juni 2008

MAHASISWA, ORGANISASI, DAN REALITAS SOSIAL

Berorganisasi, sebuah kegiatan yang memiliki kekuatan lebih untuk mengatur kehidupan dengan berbagai macam variasinya, sangat membantu menghapuskan keterbelakangan dan keterpurukan.

Hal ini perlu ditanamkan sejak dini dalam jiwa seseorang sebagai langkah awal (starting point) untuk memupuk semangat patriotisme. Dan bahkan perlu diajarkan mulai dari bangku sekolah dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi menurut kapasitasnya masing-masing.

Jika diamati dalam ranah sosial, akan sangat kentara (Jawa: Jelas) sekali terlihat di antara orang-orang yang belajar berorganisasi dan yang tidak belajar beroraganisasi.

Orang yang mempunyai basic organisasi akan dapat melihat dengan kritis berbagai ketidakadilan dan penindasan yang terjadi setiap saat di lingkuagan kita. Sedangkan orang yang tidak memiliki basic organisasi akan cenderung bersifat acuh tak acuh, apreori terhadap kondisi sekitar dan kurang memiliki rasa solidaritas yang terhadap sesama. Hal ini dimungkinkan karena pemupukan rasa saling membutuhkan sudah pasti ditanamkan sejak dini dalam setiap organisasi.

Esensi dari sebuah organisasi adalah agar setiap individu bisa hidup bermasyarakat dengan baik dan benar.

Sebagai kaum akademisi, nantinya juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana masyarakat yang gandrung akan keadilan dan kesejahteraan, dan peka terhadap adanya ketidakadilan dan penindasan.

Paling tidak, spirit untuk sadar diri seperti ini harus sudah ada, dan dimiliki oleh para mahasiswa, agar tidak kehilangan élan vitalnya sebagai kaum pembawa perubahan.

Tanpa ada gerakan semacam ini, belum tentu sebuah keadilan, kesejahteran dan kemakmuran mampu dihadirkan di tengah-tengah masyarakat pada saat ini.

Singkatnya, gerakan kemahasiswaan harus menjadi pioneer dan penentu perubahan pemerintahan dan tatanan sosial.

Sekedar kilas balik, system perekuliahan di kampus hanyalah berhenti pada tataran teoritis, belum menyentuh pada aplikasi langsung. Padahal, di samping mahasiswa mengenal berbagai macam teori, juga harus mampu berhadapan dengan kompleksitas persoalan yang muncul dimasyarakat, dan kesemuanya itu tidak mungkin dibahas di bangku perkuliahan.

Berbagai macam isu yang berkembang ini, hanya dikaji secara mendalam di berbagai kegiatan organisasi pada bidangnya masing-masing.

Apakah kita sebagai mahasiswa hanya akan berdiam diri dan duduk manis di bangku kuliah menunggu dosen menjejali kita dengan teori-teori yang mungkin sudah usang?

Akan ada banyak pengalaman yang berharga yang didapat dalam perjalanan organisasi, yang kemungkinannya sangat kecil jika kita berharap dapat diperoleh dari mata kuliah.

Asumsi ini dapat kita lihat dari pengalaman gerakan mahasiswa, yang mampu mendobrak angkuhnya rezim otoriter diberbagai penjuru dunia.

Seperti halnya gerakan politik mahasiwa tahun 1966 yang berhasil meruntuhkan demokrasi terpimpin yang ditetapkan oleh presiden Soekarno, kemudian gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang berhasil menumbangkan Orde Baru, yang selama tiga dasa warsa telah menggurita dalam kehidupan politik di masyarakat Indonesia.

Kepekaan seseorang terhadap gejolak yang timbul di masyarakat maupun pemerintahan tidak secara otomatis bisa dimiliki, melainkan memerlukan sebuah proses perjalan yang panjang.

Proses semacam itu bisa diawali dari sebuah pembelajaran organisasi di intra maupun ekstra kampus.

Dengan berbagai macam tugas organisasi yang sering digelutinya, maka organ-organ yang bergerak di dalamnya akan semakin kritis dan peka terhadap segala macam persolan yang ada.

Mahasiswa dan organisasi setidaknya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan demikian, maka para aktivis organisasi akan menjadi sosok yang siap memperjuangkan hak-hak rakyat, sesuai kapasitasnya sebagai mahasiswa dan khalifatul ardl.

Diskursus tentang peran mahasiswa dalam konstelasi politik nasional memang tidak pernah usang. Diskursus itu bukan semata-mata karena peranan mahasiswa selalu dilingkupi dan dipengaruhi oleh system yang berlaku, namun yang lebih krusial lagi adalah karena peran itu dimainkan dalam kondisi steril dari kepentingan dan memiliki bobot pressure yang besar, ketimbang gerakan-gerakan kritis lainnya.

Sekaitan dengan berbagai persoalan bangsa, organisasi-organisasi yang diusung oleh para aktivis mahasiswa diharapkan mampu memberangus kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada rakyat.

oleh: Sholeh Hadi

Redaktur GMPP

Ideologi Narsisme di Kalangan Mahasiswa

Mengamati pola dan gaya hidup sebagian mahasiswa di era neo liberal ini telah memaksa setiap sudut pandang yang kita arahkan untuk sedikit terbelalak dengan fenomena-fenomena yang terjadi berbarengan dengan semakin jauhnya nilai moral dalam berkehidupan masyarakat.

Sebagian mahasiswa telah melakukan gerakan-gerakan yang tidak ber etika. Secara jelas dan terang-terangan, terkadang oknum-oknum mahasiswa melakukan serangkaian tingkah laku yang sangat memalukan, keluaar dari batas-batas etika dan estetika dalam berkehidupan sosial.

Hal yang paling sering terjadi adalah penganutan paham narsisme dikalangan kaum terdidik ini, contoh mudahnya adalah, demi mencapai popularitas, seorang oknum mahasiswa tidak malu-malu menjajakan dirinya diluar kemampuannya.

Menjadi orang yang serba sok juga merupakan perwujudan dari ke penganutan ajaran narisime, sok tahu, sok pintar, sok terkenal, sok menjadi ikon, dan sok-sok yang lain.

Sungguh tidak masuk akal, jika hal-hal seperti ini terjadi pada mahasiswa qur ani, dan tentunya juga akan sangat disayangkan bila paham narsisme menempel dan menggelayuti jiwa intelek muda kita.

Narsis, tak ubahnya sebuah kesombongan, keangkuhan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, maka siapapun orangnya yang mengidap penyakit ini sudah selayaknya dikarantinakan agar penyebaran penyakit dapat diminimalisir.

Oleh karena ajaran narsisme merupakan pangkal dari kehancuran suatu kaum, sudah saatnya kita kembali mengoreksi diri/ interospeksi atas kekurangan dan kelebihan kita.

Langkah ini terbukti paling mujarab untuk menanggulangi penyakit narsis yang selalu menjadikan kita lupa diri. Oleh: Yayat

Redaktur GMPP Pusat

MAHASISWA QURA ANI DAN NET WORKING

Mahasiswa merupakan kaum intelektual muda yang merupakan harapan bangsa. Mahasiswa harus mampu berpikir secara sistematis, progresif, transpormatif dan mempunyai planing untuk masa depan yang bekualitas.

Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur an (PTIQ) merupakan wadah bagi mahasiswa pengkaji dan sekaligus penghafal al-Qur’an. Menjadi sosok yang disebut Mahasiswa Qur ani haruslah mempunyai jiwa sosial yang tinggi sebagai modal untuk bermasyarakat, tidak cukup hanya mengkaji dan menghafal al-Qur an saja. Sebab nantinya mahasiswa akan terjun ke berbagai lapisan masyarakat untuk bersosialisasi.

Oleh karena itu alangkah lebih baiknya apa bila mahasiswa selalu aktif dalam aktifitas apapun yang tentunya bisa menambah ilmu, pengalaman, pengetahuan dan kualitas sebagai mahasiswa.

Menjalin jaringan (Net Working) merupakan hal penting untuk melatih mahasiswa berinteraksi, bersosialisasi dan juga hal ini dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan skill atau kemampuan dalam berkompetisi . Salah satu contoh misalanya dengan mengikuti MTQ.

Memang, Sebagai Mahasiswa Qur'ani berperan aktif dalam dunia MTQ merupakan salah satu konkritifitas penguatan jaringan untuk mengembangkan dan menyalurkan bakatnya dalam berkompetisi.

Walaupun sebagai mahasiswa yang berkarakterkan Qur ani, tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan dunia luar untuk menambah suatu jaringan sebagai sarana untuk mengembangkan diri, baik berupa jaringan politik, pendidikan, perdagangan dan lain sebagainya.

Yang terpenting dalam hal ini adalah harus mempunyai prinsip dasar yang kuat dan dapat dijadikan pegangan hidup sebagai seorang mahasiswa.

Meraih suatu kesuksesan tentu tidaklah mudah, tidak seperti membalikan telapak tangan.

Oleh karena itu, untuk meraih kesuksesan tersebut memerlukan suatu proses yang tidak sebentar dan butuh ketlatenan (Jawa: keuletan) dalam menjalankanya. Paling tidak bisa di mulai dari diri sendiri dan dari hal yang paling kecil untuk berusaha mencapai kesuksesan dalam hidup, dan yang paling penting adalah dengan kesuksesan yang kita dapat kita bisa bersama-sama membangun citra diri mahasiswa.

oleh: Reza Tx

Redaktur GMPP

I

Mahasiswa dan Tanggungjawab Sosial


Dari masa ke masa, dan hampir disemua belahan dunia peranan kaum intelektual dan cerdik pandai selalu menjadi garda terdepan dalam proses terjadinya perubahan. Di era Yunani kuno, Renaisance di Prancis, dan bahkan di Indonesia sendiri dapat kita simak bersama bahwa kaum intelektuallah yang telah melakukan perubahan besar.

Terlepasnya bumi pertiwi dari cengkraman jari-jari penjajah merupakan sumbangan besar dan paling konkrit yang diberikan kaum intelektual dalam pengabdiannya kepada nusantara.

Bahkan pada masa kerajaan, wali songo yang notabenenya sebagai pemberi petunjuk, pembawa berkah, dan penebar cahaya di berbagai belahan nusantara, khususnya tanah Jawa adalah merupakan kelompok atau lebih tepatnya kaum terdidik yang mampu melakukan perubahan dengan membuktikan kebenaran Islam ditengah-tengah hegemoni raja-raja dan kaum bangsawa yang tidak beragama Islam.

Semangat, dan pembuktian yang nyata oleh kaum intelektual terus berlanjut seiring dengan perputaran zaman. Berdirinya Budi Oetomo, hingga lahirnya Sumpah Pemuda adalah bentuk nyata bahwa perubahan selalu di prakarsai oleh kaum intelektual.

Buah dari semangat perubahan seperti itulah yang sekarang kita rasakan. Sebuah kemerdekaan dalam berbangsa dan bernegara, juga merupakan hasil dari proses spirit perubahan yang terus berlanjut dan berkesinambungan.

Mahasiswa, kelompok atau bagian masyarakat yang jumlahnya masih relative kecil di Indonesia yang merupakan tonggak perjuangan dalam melakukan perubahan ke arah bangsa yang lebih baik dan berkompeten menjadi sangat urgen dalam kedudukannya.

Peranan dan posisi mahasiswa yang cukup strategis ini tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya spirit perjuangan yang menjiwainya. Oleh karena itu, siapapun yang menyandang status mahasiswa sudah sepantasnya memiliki semangat juang yang tinggi dalam kehidupan untuk kemudian diapliksikan untuk lingkungan sosialnya.

Indonesia dan Institut PTIQ Jakarta merupakan buah dari benih-benih semangat perubahan yang ditaburkan oleh the founding fathers untuk kebaikan dan kemajuan bersama. Merujuk pada harapan mulia para pendahulu dan cita-cita luhur kita sebagai mahasiswa agar kelak bermanfaat, maka, Yuk! Bareng-bareng kita sadar, masa depan menanti kita.

oleh: Yayat. H.w

Redaktur GMPP